INOVASI

Nama Instansi PKM KALIRING
Nama Inovasi PERAN RAJA GUNTING (Peran Remaja Cegah Stunting)
Jenis Inovasi Non Digital
Inisiator OPD
Bentuk Inovasi Inovasi Pelayanan Publik
Waktu Uji Coba 03-07-2023
Waktu Implementasi 03-07-2023

Rancang bangun inovasi PERAN RAJA GUNTING merupakan sebuah pendekatan strategis dan sistematis dalam menangani masalah anemia pada remaja putri yang menjadi salah satu penyebab utama terjadinya stunting pada anak di masa depan. Sebelum inovasi ini diterapkan, kondisi remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Kaliring, khususnya di SMPN 1 Padang Batung, sangat memprihatinkan. Hasil skrining menunjukkan bahwa 47,29% dari remaja putri mengalami anemia ringan. Sebagian besar dari mereka belum memahami pentingnya tablet tambah darah (TTD), bahkan banyak yang menganggap TTD sebagai obat penyakit, bukan suplemen kesehatan. Dukungan dari pihak sekolah pun masih minim, tidak ada mekanisme tetap untuk memantau konsumsi TTD secara teratur.

Setelah diterapkannya inovasi PERAN RAJA GUNTING (PERAN RemAJA putri ceGah stUNTING), terjadi transformasi signifikan. Rancang bangun inovasi ini meliputi beberapa langkah penting: identifikasi masalah berdasarkan data skrining, sosialisasi anemia dan pencegahannya, skrining kadar Hb, pemberian TTD dengan pemantauan rutin, dan penandatanganan MOU dengan pihak sekolah. Pekan minum TTD disepakati bersama agar ada hari khusus bagi remaja putri minum suplemen tersebut. Dengan adanya dukungan dari lintas sektor dan pihak sekolah, inovasi ini berhasil meningkatkan pemahaman remaja tentang anemia dan pentingnya mencegah stunting.

Dampak nyatanya terlihat dari perubahan pola pikir remaja putri yang kini menyadari pentingnya TTD, serta menurunnya angka anemia. Jika sebelumnya terjadi ketidakteraturan dan penolakan terhadap TTD, kini remaja putri lebih kooperatif dan rutin mengonsumsinya. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan saat ini, tetapi juga pada masa depan, yaitu menurunkan potensi kelahiran bayi stunting.

Tujuan dari inovasi PERAN RAJA GUNTING adalah menjawab masalah gizi kronis dan anemia pada remaja putri yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya stunting pada balita di masa mendatang. Secara umum, inovasi ini bertujuan untuk mengatasi masalah anemia pada remaja putri, serta sebagai bentuk pencegahan stunting pada bayi balita dengan cara intervensi dini pada calon ibu masa depan. Inovasi ini sangat strategis karena menyasar akar masalah — remaja putri yang kelak akan menjadi ibu hamil — dengan harapan mencegah mata rantai gizi buruk sejak dini.

Secara khusus, ada lima tujuan yang diharapkan tercapai:

  1. Meningkatkan pemahaman remaja putri mengenai anemia, gejalanya, dan cara pencegahannya melalui edukasi langsung di sekolah.

  2. Menumbuhkan kesadaran diri remaja putri akan pentingnya peran mereka dalam menurunkan angka anemia dan mencegah stunting pada generasi berikutnya.

  3. Membangun pemahaman yang benar tentang TTD, mengubah persepsi dari “obat” menjadi “suplemen kesehatan” yang penting dikonsumsi secara rutin.

  4. Memudahkan proses pemberian dan pemantauan TTD, dengan adanya jadwal khusus pekan minum TTD yang dilaksanakan di sekolah.

  5. Mendorong partisipasi aktif pihak sekolah, agar turut andil dalam pengawasan dan pelaksanaan kegiatan inovasi secara rutin dan berkelanjutan.

Tujuan ini dirancang tidak hanya untuk menyelesaikan masalah jangka pendek (anemia), tetapi juga masalah jangka panjang (stunting), dengan pendekatan yang edukatif, kolaboratif, dan partisipatif lintas sektor. Artinya, tujuan inovasi ini menjangkau aspek medis, sosial, dan institusional.

Inovasi PERAN RAJA GUNTING memberikan berbagai manfaat yang sangat signifikan baik bagi pelaksana program (tenaga kesehatan) maupun sasaran program (remaja putri). Manfaat utama dari inovasi ini adalah tercapainya penurunan prevalensi anemia pada remaja putri, yang secara langsung berdampak terhadap penurunan risiko stunting di masa depan. Inovasi ini juga berhasil menciptakan ekosistem sinergi antara sekolah, puskesmas, dan lintas sektor yang sebelumnya belum ada.

Bagi pelaksana inovasi, kegiatan ini mempermudah pelaksanaan skrining anemia di sekolah karena sudah ada kerjasama formal dengan sekolah. Pemantauan minum TTD menjadi lebih terstruktur dan efektif karena dijadwalkan secara berkala. Selain itu, tenaga kesehatan juga mendapatkan akses lebih luas dalam melakukan edukasi gizi kepada remaja putri, yang sebelumnya sulit dilakukan secara langsung dan intensif di lingkungan sekolah.

Sementara itu, bagi remaja putri, manfaat yang dirasakan antara lain: meningkatnya pengetahuan tentang anemia dan pentingnya gizi, terjadinya perubahan persepsi positif terhadap TTD, dan membaiknya kesadaran untuk menjalani pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Kondisi kesehatan mereka juga membaik, yang tercermin dari menurunnya prevalensi anemia. Secara psikologis, mereka menjadi lebih percaya diri dan aktif dalam kegiatan belajar karena tubuh yang lebih sehat.

Manfaat lain yang tidak kalah penting adalah bahwa inovasi ini bersifat replikatif dan berkelanjutan. Puskesmas atau institusi kesehatan lain bisa dengan mudah mengadopsi metode ini karena pendekatannya praktis, biayanya relatif rendah (menggunakan DAK Non Fisik), dan tidak bertentangan dengan nilai atau budaya lokal. Oleh karena itu, inovasi ini memiliki manfaat strategis dalam penguatan program gizi remaja skala nasional.

Hasil dari pelaksanaan inovasi PERAN RAJA GUNTING menunjukkan pencapaian yang sangat positif dan konkret. Salah satu hasil utama adalah adanya penurunan angka anemia pada remaja putri di SMPN 1 Padang Batung. Berdasarkan grafik yang disajikan dalam laporan, terjadi penurunan prevalensi anemia ringan dari 47,29% pada tahun 2021 menjadi 16,7% pada tahun 2022. Artinya, terjadi perbaikan kesehatan yang sangat signifikan dalam kurun waktu satu tahun pelaksanaan inovasi.

Selain perbaikan kondisi anemia, tingkat kepatuhan konsumsi TTD oleh remaja putri juga meningkat drastis. Pada tahun 2021 hanya sebagian kecil dari remaja yang secara rutin mengonsumsi TTD, namun setelah program dijalankan dengan pendekatan edukatif dan dukungan pihak sekolah, tingkat kepatuhan konsumsi mencapai 100% pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis edukasi, kolaborasi, dan pemantauan rutin sangat efektif untuk meningkatkan partisipasi remaja dalam menjaga kesehatannya.

Hasil lainnya adalah perubahan pola pikir remaja terhadap tablet tambah darah. Jika sebelumnya banyak remaja menganggap TTD sebagai obat yang perlu dihindari, kini mereka memahami bahwa TTD adalah suplemen penting untuk mencegah anemia dan membantu pertumbuhan. Selain itu, inovasi ini juga menciptakan best practice dalam kolaborasi antara puskesmas dan sekolah yang bisa direplikasi oleh institusi lain.

Dampak jangka panjang dari inovasi ini adalah pencegahan stunting sejak dini, dengan meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri sebagai calon ibu. Dengan hasil yang terbukti efektif, inovasi ini tidak hanya menjadi solusi lokal tetapi juga bisa menjadi model nasional dalam penanganan anemia remaja dan pencegahan stunting berbasis institusi pendidikan.

Video Tidak Tersedia

All rights Reserved © Your Company, 2021

Made with   by ThemeWagon