INOVASI
Nama Instansi | DISTAN |
---|---|
Nama Inovasi | DAYANG PENGANTIN ( Budidaya Tanaman Sayuran Melalui Sistem Apung) |
Jenis Inovasi | Non Digital |
Inisiator | OPD |
Bentuk Inovasi | Inovasi Daerah lainya Sesuai dengan urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Daerah |
Waktu Uji Coba | 25-03-2021 |
Waktu Implementasi | 06-02-2022 |
Wilayah Daha meliputi Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat
merupakan kawasan rawa lebak dengan
memiliki potensi cukup besar di sektor
pertanian. Luas baku sawah di tiga
Kecamatan tersebut seluas 14.689 ha. Pada umumnya para petani di lahan rawa
membudidayakan tanaman padi dan tanaman hortikultura seperti cabai, tomat,
terong, gambas, semangka dll. Aktifitas
usahatani biasanya hanya dilakukan pada musim kemarau yaitu antara bulan
Juni-Oktober. Dengan kondisi rentan
waktu kemarau yang sangat singkat tersebut, usaha tanam padi maupun tanaman
hortikultura hanya bisa dilakukan satu kali tanam dalam setahun. Sedangkan pada
musim hujan yaitu antara bulan Desember – Mei lahannya tergenang air antara 0,5 – 2 meter, sehingga lahan rawa berubah menjadi hamparan rerumputan
liar dan genangan air yang sangat luas. Pada periode ini hampir tidak ada aktifitas
petani untuk memanfaatkan lahan untuk berusahatani. Rumah-rumah penduduk di daerah rawa umumnya tidak
memiliki pekarangan. Di depan rumah jalan raya dan sungai, di samping
kiri-kanan dipenuhi deretan rumah berlapis-lapis. Di belakan rumah lahan sawah
dan rumput liar yang tumbuh di perairan.
Berdasarkan latarbelakang tersebut maka timbul ide atau
Inovai DAYANG PENGANTEN, yaitu dengan memanfaatkan rumput liar supan-supan laki
(Neptunia oleraceae) yang tumbuh subur dan berkembang biak di lahan
pertanian. Selain supan-supang laki,
tanaman liar yang tumbuh subur adalah kayapu (kayu apu), ilung (enceng gondok)
dll. Tanaman tersebut biasanya bersifat
gulma karena tumbuhnya tidak diinginkan pada area lahan pertanian. Namun berkat hasil pemikiran petani di Desa Parigi di Kecamatan Daha Selatan mampu mengubah
tanaman gulma ini menjadi suatu inovasi untuk pertanian yaitu sebagai bahan
dasar media tanam dengan membudidayakan
tanaman sayuran sistem apung. Sebelum ada inovasi ini,
pada musim hujan yaitu saat air
menggenang dan hanya ditumbuhi rumput liar, lahan pertanian tidak dimanfaatkan oleh para petani, seperti
layaknya lahan terlantar. Lahan tersebut hanya dimanfaatkan petani untuk mencari ikan menggunakan alat sederhana dan
tradisional.
Keunggulan/kebaharuan
inovasi Dayang Penganting adalah suatu sistem budidaya sayuran terapung satu-satunya
di Kalimantan Selatan yaitu dengan memanfaatkan rumput liar sebagai media tempat
tumbuh tanaman. Biaya produksi lebih murah karena sebagian besar bahan yang
digunakan berasal dari lahan sekitarnya dan gratis. Pemeliharaan tanaman lebih mudah, tidak perlu
disiram, ramah lingkungan karena sedikit sekali menggunakan pupuk kimia, dan
menguntungkan.
Jenis sayuran yag dibudidayakan petani di antaranya cabai,
tomat, gambas dan terong, karena produk ini lebih banyak diperlukan untuk
kebutuhan sayuran bagi masyarakat dan punya pangsa pasar yang baik. Peralatan
dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan inovasi adalah parang, perahu,
bambu, galam, bibit sayuran, pupuk kandang, dolomit dan pupuk NPK.
Tahapan inovasi dimulai dari
penetapan lokasi/lahan yang dijadikan tempat budidaya baik di sekitar
rumah atau lahan yang ditumbuhi
supan-supan. Supan-supan atau sering disebut mimosa air adalah tanaman khas
yang tumbuh subur di lahan rawa berair.
Tanaman supan-supan memiliki jaringan penghantar udara seperti spons
putih, bagian inilah yang menyebabkan supan-supan bisa mengapung di atas air.
Akarnya tumbuh menyebar di dalam air
dengan panjang antara 1 – 2,5 meter. Daunnya tersusun berhadapan, ukuran daun
halus, satu pelepah daun ditumbuhi antara 8 – 40 lembar daun. Bentuk daun bulat
dan berbulu, bunga berwarna kuning, mekar saat cuaca panas.
Tahap berikutnya,
supan-supan dibelah menggunakan parang, dibalik dan digulung dengan ketebalan
30-40 cm. Waktu penyiapan lahan ini saat ketinggian air antara 0,5 – 1,5 meter atau antara bulan Desember –
Februari. Supan-supan yang digulung kemudian dibentuk seperti bedengan dengan
ukuran yang diinginkan. Bedengan dari
supan-supan yang mengapung tadi dilapisi
tanaman kayapu setebal 3-7 cm
kemudian ditaburi dengan dolomit/kapur pertanian. Sebelum sayuran ditanam,
sebanyak 2-3 genggam campuran tanah subur dan pupuk kandang ditempatkan pada
bedengan dengan jarak sekitar 50 x 60 cm. Di sekeliling bedengan diberi turus
dari kayu/galam agar bedengan tidak larut terbawa arus akibat angin. Setelah
sekitar 7 – 14 hari dibiarkan, bibit sayuran dapat ditanami pada media campuran
tanah dan pupuk kandang tadi. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan dengan
pemupukan dan pengendalian hama/penyakit tanaman. Tanaman gambas/oyong dapat
dipanen mulai umur 40 hari setelah
tanam, cabai mulai panen sejak umur 90
hari setelah tanam, tomat dapat dipanen
mulai umur 60 setelah tanam, tergantung
varietas yang ditanam.
Inovasi ini diharapkan dapat direplikasi oleh para petani dengan kondisi alam yang
sama karena mudah dilaksanakan, biaya murah,
dan dapat menambah pendapatan keluarga.
a. Memanfaatkan tanaman liar yang tumbuh
di lahan rawa lebak dan mengganggu tanaman pertanian sebagai media tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
b. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa
lebak pada saat musim hujan/air dalam, yang selama ini belum dimanfaatkan.
c. Membuka dan memperluas peluang usaha bagi petani.
d. Meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat
a. Membantu penyelesaian masalah
gulma/tanaman pengganggu di bidang pertanian yang tumbuh subur di lahan rawa
lebak.
b. Menumbuhkan kesadaran dan peluang
usaha bagi masyarakat.
c. Meningkatkan produktivitas dan
produksi sayuran
d. Meningkatkan ketersediaan sayuran
sebagai bahan pangan masyarakat
e. Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Analisa Usaha
a. Biaya Produksi
Biaya yang diperlukan
dalam Pembuatan media tanam apung 5x6 Meter dengan Populasi Tanaman :
Gambas/Lapang 30 Tanaman, Tomat 20 Tanaman, Cabe 25 Tanaman sebagai berikut;
No. |
Uraian nama bahan |
Jumlah |
Harga |
1 |
Tanah subur |
1 sak |
Rp. 15.000 |
2 |
Pupuk Kandang |
25 kg |
Rp. 20.000 |
3 |
Pupuk NPK |
1 kg |
Rp. 20.000 |
4 |
Procal/kapur pertanian |
1 kg |
Rp. 20.000 |
5 |
Bibit Gambas/Lapang |
30 batang |
Rp. 30.000 |
6 |
Bibit Tomat |
20 batang |
Rp. 10.000 |
7 |
Bibit Cabe Rawit |
25 batang |
Rp. 10.000 |
8 |
Galam |
30 buah |
Rp. 75.000 |
9 |
Upah Penyiapan Lahan |
2 orang |
Rp. 240.000 |
10 |
Upah Tanam |
1 orang |
Rp. 60.000 |
Total |
Rp. 448.000 |
Jadi, dalam pembuatan
media tanam apung memerlukan biaya sekitar Rp. 448.000
b. Penerimaan
Adapun pendapatan 3
komoditas dalam sistem pertanian apung sebagai berikut;
No |
Komoditas |
Panen (kali) |
Hasil panen (kg) |
Harga rata-rata/kg |
Hasil |
1 |
Gambas/Lapang |
12 |
204 |
Rp. 5.000 |
Rp. 1.020.000 |
2 |
Tomat |
10 |
21 |
Rp. 10.000 |
Rp. 210.000 |
3 |
Cabe Rawit |
13 |
18 |
Rp. 67.000 |
Rp. 1.206.000 |
Total |
Rp. 2.436.000 |
Pendapatan bersih |
= |
Penerimaan - Biaya produksi |
|
= |
Rp. 2.436.000 – Rp 448.000 |
|
= |
Rp. 1.987.000 |
Jadi, dalam budidaya sistem apung dengan hanya luasan 5 x 6 meter2 dengan 3 komoditas sayuran yang di budidayakan dapat menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1.987.000,-. Inovasi ini memberikan keuntungan bagi para petani untuk menambah pendapatan, apalagi di usahakan dengan skala yang lebih luas.
All rights Reserved © Your Company, 2021
Made with by ThemeWagon