INOVASI

Nama Instansi MAHFUS SIDIQ
Nama Inovasi Biostimulan WASAKA
Jenis Inovasi Non Digital
Inisiator Masyarakat
Bentuk Inovasi Inovasi Daerah lainya Sesuai dengan urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Daerah
Waktu Uji Coba 01-06-2023
Waktu Implementasi 01-01-2024

Pengiritan modal budidaya bagi petani dan pencegahan kerusakan lahan pertanian akibat aplikasi pupuk kimia sintetis yang berlebihan tanpa melupakan mutu atau kualitas hasil panen adalah hal wajib yang menjadi perhatian para petani dimasa sekarang ini.

Sampai hari ini secara umum para Petani di HSS sangat tergantung pada pupuk kimia sintetis, ZPT dan bahkan POC versi pabrikan, dimana masing masingnya didapatkan dengan cara membeli dengan harga yang terus naik, sehingga biaya budidaya terus naik setiap musim tanam.

Padahal disekitar HSS sendiri ada banyak sumber alam yang bisa dijadikan alternatif pupuk atau ZPT yang bisa digunakan, cara membuatnya juga mudah.

Biostimulan WASAKA adalah salah satu contoh penunjang budidaya yang bisa digunakan oleh para petani, berbahan dasar kelor dan tanah goa (yang tercampur dengan kotoran dan urine kelelawar).

Kotoran kelelawar sendiri dikenal dengan Guano yang telah lama dikenal sebagai pupuk terbaik dari alam.

Begitu juga dengan kelor yang dikenal dengan kandungan 20 Asam amino dan Zeatin sebagai perangsang tumbuh bagi tanaman.

Sehingga pada akhirnya para petani bisa mempunyai alternatif lain selain cara konvensional yang umumnya berlaku di masyarakat (metode berbasis pupuk kimia sintetis yang aplikasinya padat modal dan diaplikasikan secara serampangan).

Pokok perubahan yang diharapkan adalah berubahnya metode budidaya dari full kimia sintetis (pabrikan) menjadi semi organik dan bahkan menjadi full organik secara bertahap sesuai keadaan / kesehatan lahan.

Memberikan pilihan lain bagi para petani agar tidak melulu bergantung pada pembelian dan penggunaan pupuk kimia sintetis yang semakin hari makin sulit didapatkan (untuk jenis subsidi) dan makin mahalnya harga pupuk non subsidi.

Dengan adanya Biostimulan WASAKA petani bisa diharapkan mandiri dan bisa membuat sendiri alternatif pupuk, perangsang tumbuh dan sekaligus pembenah tanah dalam usaha budidaya pertaniannya dengan cara mudah dan dengan bahan yang banyak tersedia disekitar kabupaten HSS.

Hal tersebut terkait dengan makin beragamnya tantangan dalam penyediaan pangan bagi masyarakat yang antara lain :

1. Potensi kekeringan dan kerusakan lahan pertanian

2. Perubahan iklim yang drastis.

3. Tidak amannya / tidak sehatnya hasil pertanian.

4. Rendahnya peningkatan kesejahteraan petani.

5. Rendahnya pemahaman tentang pertanian berkelanjutan.

6. Rendahnya regenerasi petani (karena kerusakan lahan / berkurangnya kesuburan lahan pertanian)



Turunnya penggunakan pupuk kimia sintetis secara drastis tanpa mengorbankan kualitas panen.

Hasil panen lebih baik kualitasnya dibandingkan metode full kimia, baik dari segi kesehatan maupun harga jual.

Kesehatan lahan tetap terjaga sehingga turunnya pH tanah dan ancaman serangan hama dan penyakit bisa diminimalisir.

Petani tidak lagi perlu kuatir mengenai pengadaan pupuk yang diperlukan untuk melakukan budidaya karena bisa membikinnya sendiri.

Pada padi Inpari 9 :

1. Hasil panen

Per 10 borongan hasil panen didapat adalah 98 blek, sedangkan dengan full kimia didapat 112 blek namun dengan Stimulan WASAKA penggunaan Pupuk Kimia sintetis hanya 25 kg, sedangkan dalam metode full kimia sintetis diperlukan pupuk 3 sak (1 sak Urea & 2 sak Phonska).

2. Masa panen

Dengan Biostimulan WASAKA panen Inpari 9 dilakukan pada umur 63 HST sedangkan pada metode kimia sintetis panen >75 HST

3. Kualitas panen

Padi yang diaplikasikan Biostimulan WASAKA bulirnya lebih padat dan ukurannya seragam serta jumlah bulir kopong juga sedikit.

Saat penjualan padi, pengepul padi lebih suka membelinya daripada hasil budidaya full kimia sintetis.

Harga jual GKP padi dengan Biostimulan WASAKA dihargai mulai harga Rp 7000/ kg sedangkan padi full kimia sintetis dihargai dari harga Rp 6500 sd 6800 / kg (harga jual musim tanam 2023)

Pada cabe :

1. Cabe lebih tahan terhadap perubahan musim (terutama saat kemarau / kekeringan).

2. Minimal serangan hama dan penyakit jamur.

3. Panen cabe bisa dibawah 90 HST sedangkan cabe full kimia sintetis >90 sd 120 HST untuk varietas cabe kaliber.

4. Pada populasi 500 pokok didapat hasil panen rata rata 33 kg per 4 sd 5 hari periode panen dengan dipadukan Phonska +/- 10 kg (ditaburkan tipis dan dicairkan serta dicampur dengan Biostimulan WASAKA pada kondisi tertentu saat perkembangan tanaman dianggap melambat), sedangkan pada metode kimia sintetis hasil panen rata rata 45 kg namun dengan biaya pemupukan yang lebih besar (NPK Mutiara 25 gram per pokok per 15 hari secara tabur dan ditambah MKP 3 sendok makan & Kalium cair 30 ml per tangki secara spray pada masa generatif).

5. Lebih tahan terhadap serangan Antraknosa dan serangan jamur lainnya dibandingkan metode Full kimia sintetis.

Link video :

https://youtu.be/gPSfFzEYdpQ?si=bufIze4vQcElDT0i

Video Tidak Tersedia

All rights Reserved © Your Company, 2021

Made with   by ThemeWagon