INOVASI

Nama Instansi Muhammad Hirzi Nugraha
Nama Inovasi Injection Painless Dentistry ( Teknologi Tepat Guna)
Jenis Inovasi Non Digital
Inisiator ASN
Bentuk Inovasi Inovasi Pelayanan Publik
Waktu Uji Coba 05-12-2021
Waktu Implementasi 19-01-2022

Dalam melakukan tindakan pencabutan, pemberian anestesi diberikan untuk mencegah tejadinya rasa sakit pada pasien saat dan menunjang keberhasilan tindakan pencabutan. Ketidak efektifan kerja anestesi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien sehingga menimbulkan hambatan saat tindakan pencabutan. Ketidak efektifan kerja anestesi lokal dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya penentuan dosis anestesi lokal yang kurang tepat dan kemungkinan adanya pengaruh inflamasi pada apeks gigi sehingga mempengaruhi kerja agen anestesi.

Pemberian dosis anestesi lokal dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya yaitu status fisik pasien, area yang akan dilakukan anestesi, vaskularisasi jaringan lunak dan teknik yang anestesi yang dilakukan. Pemberian anestesi dengan volume yang tidak tepat dapat menyebabkan kerja agen anestesi yang tidak efektif, atau jika berlebihan maka akan menyebabkan terjadinya keracunan. Penentuan dosis yang diperbolehkan pada pasien ditentukan berdasaran konsentrasi agen anestesi, keberadaan vasokonstriktor dan usia dan berat badan pasien. Dikatakan oleh Rood (1977 sit. Potocnik dan Bajrovic, 1999) bahwa 1 ml merupakan volume Lidokain 2% dengan 1:80.000 epinephrin yang efektif untuk anestesi blok Nervus Alveolaris Mandibula apabila dilakukan secara benar. Menurut Yadav dan Kumar (2010), setelah anestesi blok mandibula diberikan, operator sebaiknya menunggu 3-4 menit untuk memeriksa apakah anestesi telah bekerja dan berhasil menganestesi area yang ditargetkan secara keseluruhan baik pada jaringan lunak maupun pada gigi. Setelah agen anestesi dideponirkan sedekat mungkin dengan nervus, larutan anestesi akan tersebar ke arah nervus dan masuk ke dalam nervus. Meskipun begitu, ada juga kemungkinan bahwa larutan anestesi tidak seluruhnya berdifusi ke area nervus karena beberapa hal seperti diserapnya larutan anestesi oleh jaringan non-neural seperti otot dan lemak sehingga mengurangi volume dan efek yang bekerja pada nervus. Apabila efek anestesi belum dirasakan secara keseluruhan maupun sebagian maka dosis anestesi dapat ditambahkan.

Teknik injeksi yang tepat juga berpengaruh dalam volume anestesi yang masuk dan bekerja secara efektif pada area yang dianestesi. Apabila larutan anestesi disuntikkan terlalu ke arah medial dari Nervus Alveolaris Inferior maka larutan tersebut tidak akan dapat berjalan ke arah lateral karena terhalang oleh ligamen sphenomandibular, agen anestesi tidak dapat menembus ligamen sphenomandibular sehingga nervus tidak dapat teranestesi secara maksimal. Ketebalan nervus, adanya nervus aksesorius dan ukuran pasien juga dapat mempengaruhi volume dari agen anestesi yang diperlukan.

Contoh kasus pada pasien yang memiliki berat badan 97 kilogram, ada kemungkinan kegagalan anestesi terjadi karena  karena pada ampul pertama yang diinjeksikan, sebagian larutan anetesi tidak berdifusi ke area nervus dan diserap oleh jaringan lemak sehingga volume larutan anestesi yang diserap tidak adekuat sehingga efek anestesi belum bekerja pada seluruh area nervus Mandibularis Inferior yang ditargetkan. Pada keadaan tersebut penambahan dosis dilakukan dengan catatan bahwa dosis yang diberikan tidak melebih dosis maksimum yang boleh diberikan untuk Lidokain 2% dengan epinephrin. Menurut Peedikayil (2013), dosis maksimal untuk Lidokain dengan epinephrin adalah 7mg/KG berat badan dengan dosis maksimum total adalah 500 mg. Pada pasien dengan berat badan 97 mg maka dosis maksimal yang boleh diberikan tetap 500 mg atau sekitar 12 ampul. Penambahan dosis Lidokain 2% dengan epinephrin dengan anestesi blok Mandibula diberikan kepada pasien sebanyak 1,5 ml dan memberikan efek keseluruhan pada jaringan lunak, namun pada saat tindakan pengungkitan dilakukan, pasien mengeluhkan adanya rasa sakit pada gigi tetapi tidak pada jaringan lunak.

Masih dirasakannya rasa sakit pasca keberhasilan anestesi blok mandibularis inferior dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya yaitu adanya pengaruh inflamasi pada gigi dan efek psikologis pada pasien. Menurut Yadav dan Kumar (2010), adanya inflamasi terutama pada area gigi yang dianestesi akan menyebabkan terjadinya penurunan efek anestesi lokal. Adanya inflamasi akan menyebabkan terjadinya penurunan pH yang akan menggangu kerja agen anestesi dan meningkatkan hipersensitifitas pasien. Saat terdapat inflamasi, pH yang rendah akan menyebabkan waktu onset yang lebih lama karena ketidak tersediaan partikel pelarut lemak yang berperan dalam difusi agen anestesi ke dalam selubung nervus sehingga agen anestesi tidak dapat berdifusi dan memberikan efek pada saraf yang dituju.

Kasus pada pasien tersebut menunjukkan saat pemeriksaan objektif tidak ditemukan adanya inflamasi karena hasil pemeriksaan perkusi negatif (tidak ngilu) baik pada saat perkusi vertikal maupun horizontal namun pada saat proses kuretase pasca pencabutan ditemukan jendalan seperti daging yang dicurigai sebagai jaringan granuloma. Granuloma periapikal merupakan lesi yang berada di area apeks akar gigi dan terdiri dari masa proliferasi dari jaringan granulasi dan bakteri yang terbentuk sebagai respon dari jaringan mati pada ruang pulpa akibat pulpa yang terinfeksi. Granuloma periapakal sebagian besar terdiri dari jaringan granulasi dan dengan sel radang yang lebih dominan. Keadaan ini merupakan suatu radang kronis yang terjadi akibat rangsangan yang menetap (Sebastian dkk, 2016). Granuloma periapikal yang tidak mendapatkan perawatan akan menyebabkan terjadinya perluasan dan infeksi lebih lanjut yang dapat membentuk terjadinya kista radikuler. Bakteri akan menstimulasi sisa sel epitelial malassez terjadi akibat respon pembentukan inflamasi. Proliferasi epithel tersebut akan terjebak dan menginiasi terjadinya pembentukan kista yang dalam bentuk suatu rongga. Rongga pada kista tersebut akan berisi suatu masa setengah padat atau cairan yang merupakan kristal kolesterol berwarna kuning jernih.

Efek psikologis pada pasien juga berpengaruh terhadap rasa sakit yang masih dirasakan pasca keberhasilan anestesi lokal. Menurut Potocnik dan Bajrovic (1999), pasien dengan kecemasan tinggi diketahui lebih sulit untuk menentukan level dari rasa sakit yang dirasakan. Terdapat hubungan antara kecemasan dan rasa sakit yang dirasakan saat perawatan gigi hal itu terlihat bahwa adanya kecemasan menyebabkan terjadinya penurunan ambang rasa sakit. Adanya rasa cemas dan ketakutan dapat meneyebabkan terjadinya keluhan pasien tentang rasa sakit bahkan saat anestesi sudah berhasil diberikan. Adanya faktor psikologis seperti ekspektasi dan antisipasi, komunikasi dan kontrol, personaliti, dan sugesti mempengaruhi persepsi rasa sakit dari pasien. Adanya kecemasan pada pasien saat perawatan harus dapat diatasi oleh dokter gigi agar keberhasilan perawatan dapat tercapai.

Manajamen kecemasan pada pasien dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yaitu menciptakan suasana yang nyaman di dalam ruang praktek, membangun komunikasi yang baik dengan pasien sehingga menimbulkan rasa percaya terhadap pasien. Dokter gigi harus dapat meyakinkan pasien bahwa seluruh tindakan yang dilakukan tidak membahayakan dan bahwa dokter gigi dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga akan terbentuk rasa percaya dan pasien akan merasa tenang. Selain itu manajemen rasa cemas pada pasien dapat juga dilakukan dengan tindakan khusus seperti hipnoterapi, akupuntur, maupun distraksi sehingga pasien tidak akan terfokus dan cemas pada tindakan perawatan yang dianggap menakutkan yang akan dilakukan (Appukuttan, 2016).

Adanya kesalahan penentuan dosis, keberadaan inflamasi periapikal, dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien kemungkinan menyebabkan terjadinya ketidak efektifan kerja anestesi lokal yang diberikan sehingga pasien masih merasakan rasa sakit saat dilakukan tindakan. Sebaiknya operator gigi baik koas maupun dokter gigi lebih memperhatikan hal-hal mendasar yang harus dilakukan saat melakukan perawatan baik dari teknik, penentuan dosis, kemungkinan inflamasi, pemeriksaan penunjang, dan membangun kepercayaan pasien sehingga keberhasilan perawatan dapat dicapai secara maksimal.

Pokok perubahan yang dilakukan pada inovasi Injection Painless Dentistry ini adalah memberikan trauma yang sangat minimal pada pasien , sehingga kecemasan yang pasien rasakan bisa diminalisirkan serta menawarkan keberhasilan Anastesi hingga 100% dikarenakan menggunakan teknik injeksi intraosseus sehingga pada kondisi radang tanpa melibatkan infeksi yang berat sekalipun,gigi akan tetap bisa dicabut.

Memberikan kepuasan pada pasien dikarenakan minim rasa sakit saat dilakukan pembiusan dan pencabutan gigi

Kesadaran masyarakat dikarenakan takut memeriksakan kesehatan gigi dan mulut akan meningkat

Kunjungan Pasien yang datang ke poli gigi puskesmas kalumpang meningkat menjadi 130 %

Survey kepuasaan poli gigi menunjukan puas.

All rights Reserved © Your Company, 2021

Made with   by ThemeWagon