INOVASI
Nama Instansi | YULIA RAHMII |
---|---|
Nama Inovasi | PULL, SAMTING, LEE (PedULi Lingkungan, SAMpah TIdak dibuaNG, Latihkan Eco Enzyme) |
Jenis Inovasi | Non Digital |
Inisiator | Masyarakat |
Bentuk Inovasi | Inovasi Daerah lainya Sesuai dengan urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Daerah |
Waktu Uji Coba | 01-11-2021 |
Waktu Implementasi | 02-01-2022 |
Berawal rasa peduli terhadap lingkungan khususnya beban dari TPS dan TPA, setidaknya dari keluarga atau rumah sendiri ingin ikut andil dalam pengurangan beban penampungan sampah di TPS dan TPA yaitu dengan mengelola sampah organik menjadi eco enzyme yang pada akhirnya menjadi inovasi pertama yaitu SAMTING dibikin Eco Enzyme (SAMpah TIdak dibuaNG dibikin Eco Enzyme) yang dimulai awal tahun 2021.
Dalam perkembangan inovasi tersebut, akhir tahun 2021 muncul beberapa keadaan baru diantaranya:
* mulai ada individu, kelompok dan komunitas tertarik ingin belajar membuat eco enzyme, yaitu sebanyak 10 (sepuluh) orang; dan
* perlu volume sampah organik lebih banyak untuk mencukupi pembuatan sampel eco enzyme untuk sarana pelatihan, dikarenakan sampah organik dari rumah hanya sekitar 5 Kg setiap bulannya.
Keadaan tersebut perlu diatasi atau dicarikan solusi agar keadaan tersebut tidak menjadi kendala dalam memberikan pelatihan kepada baik individu, kelompok, maupun komunitas yang ingin belajar eco enzyme, maka dilakukanlah inovasi lanjutan yaitu PULL, SAMTING, LEE (PedULi Lingkungan, SAMpah TIdak dibuaNG, Latihkan Eco Enzyme), yaitu dengan membuka diri seluas luasnya bagi individu, kelompok, maupun komunitas yang ingin belajar pembuatan eco enzyme dan melakukan pendekatan ke unit unit penghasil sampah organik dalam rangka pengumpulan sampah organik sebagai bahan untuk pembuatan sampel eco enzyme untuk sarana pelatihan pembuatan eco enzyme.
ECO ENZYME adalah cairan alami serba guna yang merupakan hasil fermentasi dari gula merah, sisa buah / sayuran, dan air.
Setelah inovasi berjalan diperoleh hasil:
* Kelompok dan komunitas yang belajar membuat eco enzyme sebanyak 8 (delapan) kelompok dengan total jumlah peserta 248 (dua ratus empat puluh delapan) orang; dan
* volume sampah organik terkumpul dari unit penghasil sampah organik sebanyak 8 (delapan) unit dengan total sampah 110,5 Kg.
Biaya pembuatan Eco Enzyme terdiri:
Biaya peralatan sekitar Rp. 80.000,- (ember tutup, timbangan, pisau, talenan, saringan, spatula/pengaduk,
botol bekas untuk kemasan). Apabila peralatan sudah dimiliki maka biaya peralatan lebih murah lagi.
Biaya Bahan untuk membuat 10Kg Eco Enzyme:
a. Bahan baku/Bahan Utama 3 Kg (sampah organic/sampah dapur) Rp. 0,-
b. Gula Merah 1 Kg Rp. 20.000,-
c. Air 10 Kg.
Tahapan pembuatan Eco Enzyme:
a. Penyiapan Bahan (minimal 5 jenis bahan baku/bahan utama sebanyak 3 Kg dipotong kecil, Gula merah sebanyak 1 Kg disisir, dan air 10 Kg disiapkan dalam ember)
b. Pencampuran (gula merah dimasukkan ke air yang sudah disiapkan, aduk rata, masukkan bahan organik, aduk rata, kemudian di tutup)
c. Pada hari ke 7 dan hari ke 15, tutup dibuka untuk dilakukan pengadukan disertai proses meremas bahan baku, tutup kembali.
d. Eco enzyme dipanen pada hari ke 90 dan dikemas dalam botol bekas yang telah disiapkan.
e. Eco Enzyme yang sudah dipanen tidak mempunya batas waktu kadaluarsa.
Eco Enzyme tersebut bermanfaat dalam:
a. Kehidupan sehari-hari
b. Kesehatan
c. Air, Udara, dan Tanah
d. Pertanian
Tahapan inovasi:
a. membuka diri atau menerima permintaan pembelajaran atau pelatihan pembuatan eco enzyme, utamanya dalam tiap postingan di FB
b. melakukan pendekatan ke unit unit penghasil sampah organik dalam rangka pengumpulan sampah organik sebagai bahan untuk pembuatan sampel eco enzyme untuk sarana pelatihan pembuatan eco enzyme
c. membuat eco enzyme, untuk keperluan sendiri, untuk dibagikan, untuk pembuatan sabun 2 in 1, juga untuk sampel pelatihan.
d. Memberikan pembelajaran atau pelatihan pembuatan eco enzyme
e. Melakukan pemantauan atau visitasi pada hari ke 7
f. melakukan pemantauan atau visitasi hari ke 15
g. melakukan pemantauan atau visitasi hari ke 90 atau saat pemanenan eco enzyme
h. melakukan pemantauan pemanfaatan eco enzyme
Tujuan Inovasi Daerah:
1. terfasilitasinya individu, kelompok dan komunitas yang tertarik ingin belajar membuat eco enzyme; dan
2. Terpenuhinya volume sampah organik untuk mencukupi pembuatan sampel eco enzyme untuk sarana pelatihan
Manfaat dari mengelola sampah organik dapur jadi Eco Enzyme adalah:
1. SAMPAH TIDAK TERBUANG
3 Kg sampah organik dari dapur tidak terbuang dan dapat dimanfaatkan, menghasilkan 10 kg eco enzyme, dan sampai saat ini sebanyak 165,85 Kg sampah organik tidak terbuang dan menjadi 552,83 Liter Eco Enzyme.
2. ECO ENZYME BANYAK MANFAAT
Eco Enzyme yang dihasilkan memiliki banyak manfaat baik untuk kehidupan sehari hari, kesehatan, udara, air, tanah dan pertanian.
3. SAMPAH ANORGANIK BERKURANG
Eco Enzyme dapat menjadi bahan pengganti dan sebagai bahan campuran dari produk kimiawi pabrikan, sehingga dapat mengurangi sampah kemasan produk kimiawi pabrikan.
4. MENGHEMAT BIAYA RUMAH TANGGA
Dengan berkurangnya konsumsi produk kimiawi pabrikan maka biaya rumah tangga lebih hemat.
5. MENAMBAH PEMASUKAN RUMAH TANGGA
Dengan melakukan pembuatan eco enzyme, nantinya eco enzyme dapat dijual ke produsen TigaFa Sabun Cuci 2 in 1 yanga akhirnya akan dapat menambah pemasukan untuk rumah tangga.
Setelah inovasi berjalan diperoleh hasil:
* Kelompok dan komunitas yang belajar membuat eco enzyme sebanyak 8 (delapan) kelompok dengan total jumlah peserta 248 (dua ratus empat puluh delapan) orang; dan
* volume sampah organik terkumpul dari unit penghasil sampah organik sebanyak 8 (delapan) unit dengan total sampah 110,5 Kg.
https://youtube.com/shorts/3jqhl7U3msE?si=ABZF7YU1BugauUu5
All rights Reserved © Your Company, 2021
Made with by ThemeWagon